ANALISIS
PRAGMATIK DAN SEMIOTIKA DALAM KARYA SENI LUKIS SCHOOL OF ATHENS KARYA RAFFAELLO
SANZIO
1. PENDAHULUAN
Karya
Seni Lukis adalah artefak yang dihasilkan dari perilaku dan tindakan manusia
yang didorong oleh motivasi dalam pemikiran dan perasaannya. Oleh karena itu,
karya seni lukis tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari suatu
sistem yang kompleks sehingga makna yang terkandung di dalamnya juga bersifat
sistemik. Artinya, makna karya seni lukis ditentukan oleh system karya itu
sendiri, serta manusia yang menciptakannya atau yang menghubungkan unsur-unsur
fisik dari lingkungan dengan makna tertentu.
Objek
kajian seni lukis mencakup segala sesuatu yang merupakan hasil dari aktivitas
batin yang diwujudkan dalam bentuk karya atau sesuatu yang dapat membangkitkan
perasaan orang lain. Karena berhubungan erat dengan aktivitas batin dan budaya
setempat, karya seni lukis yang sangat beragam jenisnya sulit untuk dinilai
dengan kriteria yang disepakati secara umum, terutama mengenai maknanya. Namun,
seni lukis juga hadir sebagai suatu disiplin yang hasilnya dapat dinikmati.
Karya seni lukis, dengan tanda dan simbol yang diusungnya, dapat diapresiasi
karena kemampuannya untuk dihayati dari berbagai segi dan sudut pandang. Hal
ini telah menjadi objek kajian teoretis dan dianalisis secara sistematis oleh
semiotik, yang berfokus pada tanda sebagai konsep utamanya.
Secara
umum semiotika yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the
study of sign), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu
suatu sistem apapun yang memungkinkan kita untuk memandang entitas-entitas
tertentu sebagai tanda-tanda atau sesuatu yang bermakna dalam tanda. Istilah
semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion, yang berarti tanda. Maka,
semiotika berarti studi tentang tanda (sign) dan bagaimana tanda itu bekerja.
Istilah ini telah digunakan oleh pakar filsafat stoik dalam ilmu bahasa yunani
kuno. Orang-orang stoik merupakan orang pertama yang mengembangkan teori
tentang tanda ini dalam abad ketiga dan kedua sebelum masehi.
Dalam
perkembangannya, teori semiotik banyak dikembangkan oleh beberapa para ahli,
salah satunya yaitu Roland Barthes yang membagi kajian semiotik menjadi 2,
yaitu denotasi (makna sebenarnya) dan konotasi makna tidak sebenarnya).
Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan
petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti.
Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan
petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung,
dan tidak pasti. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda
bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari
kebudayaannya. Selanjutnya terdapat tiga cabang penelitian (branches of
inquiry) dalam semiotika menurut Van Zoest, studi semiotika dibagi menjadi 3
salah satunya yaitu pragmatik semiotik. Charles William Morris (Budiman,
2011:183) mengemukakan bahwa sebagai kajian semiotik, pragmatik mengacu pada
aspek-aspek komunikasi yang berupa fungsi-fungsi situasional yang melatari
tuturan, khususnya yang menyangkut hubungan antara pembicara dan pendengar.
Penelitian
ini penulis menggunakan teori semiotik Roland Barthes sebagai alat bedahnya,
hal ini agar kajian yang didapat lebih dalam dan luas. Pendekatan ini
diharapkan dapat mengurai unsur-unsur makna visual yang terdapat dalam Karya
Seni Lukis School OF Athens Karya Raffaello Sanzio serta menjabarkan tanda,
pesan, dan makna yang terkandung di
dalamnya. Penulis akan memilih beberapa karya dari Raffaello Sanzio sebagai
objek kajian. Pendekatan yang dilakukan akan menjalin rangkaian deskriptif dengan rujukan konsep semiotika Van
Zoest, yaitu analisis Pragmatik.
2. METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif, yakni menguraikan secara mendalam mengenai objek kajian berdasarkan
data yang diperoleh dengan didukung teori yang digunakan untuk mengkaji objek
kajian, yaitu teori semiotika visual dari Van Zoest. Pengumpulan data pada
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang relevan dengan topik
penelitian ini, sehingga memiliki keakuratan dan reliabilitas yang baik.
Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
lebih banyak mencatat dan menerima data tentang objek, yakni lukisan karya
Raffaello Sanzio. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dalam
wilayah ilmu kajian seni yakni suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau ungkapan dari seseorang dan studi
perilaku senimannya serta objek yang diamati. Seperti yang diungkapkan oleh
Bogdan dan Taylor (1975) penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan. Oleh
karena itu, keberhasilan penelitian kualitatif sangat bergantung kepada
bagaimana pengamat dapat menjabarkan secara sistematis dan komprehensif atas
objek yang diteliti.
Lingkup kajian penelitian ini terdapat pada lingkaran
wujud visual karya yang mencakup tanda visual, unsur-unsur visual serta nilai
intristik karya lukis Raffaello Sanzio. Penelitian ini menggunakan pendekatan
analitik, yaitu proses analisis dengan menggunakan data yang diperoleh,
kemudian dilakukan seleksi untuk mencari sampel yang dianggap memenuhi kriteria
yang telah ditetapkan sebagai tujuan dari penelitian ini, sehingga jalannya
penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan semula.
3. HASIL DAN ANALISIS
3.1 Riwayat Hidup Raphael Sanzio
Raphael
Sanzio adalah anka dari pasangan Giovanni Santi dan Magia di Battista Ciarla,
yang meninggal pada tahun 1491. Ayahnya memperkenalkan kepada humanist court
di kota Urbino, yang hingga akhir abad 15, adalah salah satu pusat
kebudayaan terakhir di Italia di bawah pemerintahan Federico da Montelfetro,
yang meninggal tujuh bulan sebelum kelahiran Raphael. Pada 1504 Raphael pindah
ke Siena bersama Pinturicchio, yang telah dibekalinya dengan desain dan
gambarnya untuk pembuatan fresko di Libreria Piccolomini, Siena. Kemudian ia
kembali ke Florence, kemungkinan untuk mengikuti gonfaloniere Pier Soderini
setelah berakhirnya kekuasaan Savonarola, dan saat itu dua master besar dalam
seni rupa, Leonardo da Vinci dan Michelangelo, sedang dalam proses kerja.
Keberadaan Raphael pada musim gugur 1504 dapat dibuktikan. Di sana ia tinggal
selama empat tahun, untuk kemudian berpindah-pindah ke Perugia, Urbino, dan
kemungkinan besar ke Roma. Pada 1507 dia ditugaskan oleh bangsawan Perugia
untuk mengerjakan Deposition.
Pada
akhir 1508 ia mulai mendekorasi tempat tinggal Julius di Istana Vatikan, yang
oleh Sri Paus dimaksudkan untuk mengembalikan nuansa kejayaanGereja Romawi
melalui penerapan konsep humanisme dan neoplatonisme. Salah satu fresko yang
terkenal dari karya ini adalah Stanza della Segnatura, yang diselesaikan 1511,
Disputa yang terkenal, dan The School of Athens. Raphael terus menerus
mengerjakan karyanya di ruangan tersebut sampai 1513, di bawah kekuasaan Paus
Leo X, tetapi selalu membiarkan bagian akhir karyanya tidak terselesaikan untuk
dikerjakan pembantunya. Di lain waktu ia mengerjakan hal lain, misalnya
dekorasi suci untuk bangunan berbeda, lukisan potret, lukisan altar, dan
sebagainya.
Lukisan
“School of Athens” (1510) adalah karya besar oleh pelukis Rafael Sanzio yang
menggambarkan para filsuf (Plato dan Aristoteles) berdiri di dekat para ilmuwan
Romawi dan Yunani kuno (Gambar 1). Bagi kita yang awam, lukisan ini seperti
sesuatu lukisan yang terlihat indah dengan ornamen-ornamen unik dan lucu. Lukisan yang diberi nama “School of Athens”
adalah lukisan yang menggambarkan alur pemikiran/filsafat yang hidup dalam
zaman ini yang kemudian kita sepakat menyebutnya sekulerisme? Mengertikah kita
mengapa Plato menunjuk ke atas dan Aristoteles terlihat merentangkan tangan ke
bawah sembari memegang sebuah buku etika?
Gambar
1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Pada gambar 2. Gestur kedua filsuf
ini merupakan bahasa tubuh mereka untuk mengutarakan filsafat mereka
masing-masing. Plato (No. 14) terlihat sedang menunjuk ke atas menyatakan bahwa
tidak ada realitas dalam dunia kita ini karena realitas dalam konsep Plato
dibentuk dari gagasan-gagasan yang tidak berubah dalam “dunia form”. Dunia form
adalah dunia yang lebih tinggi dibandingkan dunia kita. In other word, Plato
adalah penganut dualisme, bahwa dunia form lebih baik dibanding dunia materi
kita ini. Kemungkinan besar, konsep ini juga yang mempengaruhi Gnostic (bidat
abad pertama) dan bahkan sampai mempengaruhi diri seorang Bapa Gereja St.
Agustinus. Konsep ini pula yang terus menjadi benih sekaligus media pertumbuhan
sekulerisme di zaman kita saat ini (fokus pada sisi vertikal). Inilah konsep
awal di mana kita saat ini menganggap membaca buku rohani jauh lebih rohani
dibanding buku sains. Terlebih lagi kita menjadi sudah sedemikian negatif
terhadap seks. Bukankah ini ada pengaruh Plato dan derivat pemikirannya.
Pada
gambar 3, No. 15. Banyak orang sepakat bahwa Aristoteles sedang memegang sebuah
buku etika dan tangannya menunjuk ke bawah. Ini menggambarkan bahwa Aristoteles
menekankan studi tentang realitas sebagai mana yang kita alami secara empiris
(fokus pada dunia horizontal). Kedua pemikiran ini sama-sama bersifat dualisme.
Apakah yang membuat sekulerisme berkembang? Menurut Brian J. Walsh dan J.
Richard Middleton, penyebabnya adalah sikap kompromi Kristen-Yunani pada abad
pertengahan.
3.2 Analisis Pragmatik
Pada anlisis pragmatic ini
ditemukan beberapa ikon sebagai berikut:
Icon |
Denotasi |
Konotasi |
Bangunan |
Bangunan megah dengan tema Yunani |
Sekolah Athena yang menjadi latar
lukisan |
Manusia |
Akademisi |
Pembelajar di sekolah Athena |
Buku Aristoteles |
Buku etika |
Menekankan studi tentang realitas |
4. KESIMPULAN
Sekolah Athena dan Disputa berada di tembok yang lebih
besar dan Parnassus dan Kebajikan Kardinal di tembok yang lebih kecil. Dua
lukisan dinding terpenting ini adalah Sekolah Athena dan Perselisihan.
Perselisihan menunjukkan visi surgawi Tuhan dan para nabi serta rasul-Nya di
atas kumpulan perwakilan Gereja Katolik Roma, dulu dan sekarang, dan melalui
ikonografinya menyamakan kemenangan gereja dan kemenangan kebenaran. Mazhab
Athena adalah alegori kompleks pengetahuan sekuler, atau filsafat, yang menunjukkan
Plato dan Aristoteles dikelilingi oleh para filsuf, dulu dan sekarang, dalam
latar arsitektur yang indah; ini menggambarkan kesinambungan historis pemikiran
Platonis. Di sini Raphael mengisi ruang yang tertata dan stabil dengan
figur-figur dalam beragam pose dan gerak tubuh, yang ia kendalikan untuk
membuat satu kelompok figur mengarah ke grup berikutnya dalam pola yang
terjalin dan saling bertautan, mengarahkan perhatian pada figur sentral Plato.
dan Aristoteles pada titik konvergen ruang perspektif. Ruang di mana para
filsuf berkumpul ditentukan oleh pilaster dan kubah basilika besar yang konon
didasarkan pada desain Bramante untuk Santo Petrus yang baru di Roma. Efek umum
dari lukisan dinding ini adalah ketenangan, kejernihan, dan keseimbangan yang agung.
DAFTAR PUSTAKA
Setyoko,
A., & Yudianto, R. H. (2022). Karya Seni Poster Shepard Fairey dalam Kajian
Semiotika Van Zoest: Analisis Sintaksis, Simantik dan Pragmatik. Jurnal
Sasak: Desain Visual Dan Komunikasi, 4(1), 1-12.
Pulimood, S. (2024, 18 April). Sekolah
Athena. Ensiklopedia Britannica.
Herianto, S, (2016, 5 September). Di
Balik “School of Athens”. Wordpress.
Kris Budiman, Semiotika Visual,
(Yogyakarta: Buku Baik Yogyakarta, 2004), h. 3.
M. A. K Halliday dan Ruqaiya Hasan,
Bahasa, Konteks dan Teks: aspek-aspek bahasa dalam pandangan semiotik sosial,
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), h.3
Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual:
Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas. Yogyakarta:
Jalasutra
Roland Barthes. 2010. Imaji, Musik, Teks.
Yogyakarta: Jalastura