Minggu, 26 Mei 2024

ANALISIS PRAGMATIK DAN SEMIOTIKA DALAM KARYA SENI LUKIS SCHOOL OF ATHENS KARYA RAFFAELLO SANZIO

 

 

1.         PENDAHULUAN

Karya Seni Lukis adalah artefak yang dihasilkan dari perilaku dan tindakan manusia yang didorong oleh motivasi dalam pemikiran dan perasaannya. Oleh karena itu, karya seni lukis tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari suatu sistem yang kompleks sehingga makna yang terkandung di dalamnya juga bersifat sistemik. Artinya, makna karya seni lukis ditentukan oleh system karya itu sendiri, serta manusia yang menciptakannya atau yang menghubungkan unsur-unsur fisik dari lingkungan dengan makna tertentu. 

Objek kajian seni lukis mencakup segala sesuatu yang merupakan hasil dari aktivitas batin yang diwujudkan dalam bentuk karya atau sesuatu yang dapat membangkitkan perasaan orang lain. Karena berhubungan erat dengan aktivitas batin dan budaya setempat, karya seni lukis yang sangat beragam jenisnya sulit untuk dinilai dengan kriteria yang disepakati secara umum, terutama mengenai maknanya. Namun, seni lukis juga hadir sebagai suatu disiplin yang hasilnya dapat dinikmati. Karya seni lukis, dengan tanda dan simbol yang diusungnya, dapat diapresiasi karena kemampuannya untuk dihayati dari berbagai segi dan sudut pandang. Hal ini telah menjadi objek kajian teoretis dan dianalisis secara sistematis oleh semiotik, yang berfokus pada tanda sebagai konsep utamanya. 

Secara umum semiotika yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of sign), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu suatu sistem apapun yang memungkinkan kita untuk memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sesuatu yang bermakna dalam tanda. Istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion, yang berarti tanda. Maka, semiotika berarti studi tentang tanda (sign) dan bagaimana tanda itu bekerja. Istilah ini telah digunakan oleh pakar filsafat stoik dalam ilmu bahasa yunani kuno. Orang-orang stoik merupakan orang pertama yang mengembangkan teori tentang tanda ini dalam abad ketiga dan kedua sebelum masehi.

Dalam perkembangannya, teori semiotik banyak dikembangkan oleh beberapa para ahli, salah satunya yaitu Roland Barthes yang membagi kajian semiotik menjadi 2, yaitu denotasi (makna sebenarnya) dan konotasi makna tidak sebenarnya). Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Selanjutnya terdapat tiga cabang penelitian (branches of inquiry) dalam semiotika menurut Van Zoest, studi semiotika dibagi menjadi 3 salah satunya yaitu pragmatik semiotik. Charles William Morris (Budiman, 2011:183) mengemukakan bahwa sebagai kajian semiotik, pragmatik mengacu pada aspek-aspek komunikasi yang berupa fungsi-fungsi situasional yang melatari tuturan, khususnya yang menyangkut hubungan antara pembicara dan pendengar.

Penelitian ini penulis menggunakan teori semiotik Roland Barthes sebagai alat bedahnya, hal ini agar kajian yang didapat lebih dalam dan luas. Pendekatan ini diharapkan dapat mengurai unsur-unsur makna visual yang terdapat dalam Karya Seni Lukis School OF Athens Karya Raffaello Sanzio serta menjabarkan tanda, pesan, dan makna yang  terkandung di dalamnya. Penulis akan memilih beberapa karya dari Raffaello Sanzio sebagai objek kajian. Pendekatan yang dilakukan akan menjalin rangkaian  deskriptif dengan rujukan konsep semiotika Van Zoest, yaitu analisis Pragmatik.

2.         METODE

            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yakni menguraikan secara mendalam mengenai objek kajian berdasarkan data yang diperoleh dengan didukung teori yang digunakan untuk mengkaji objek kajian, yaitu teori semiotika visual dari Van Zoest. Pengumpulan data pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang relevan dengan topik penelitian ini, sehingga memiliki keakuratan dan reliabilitas yang baik.

            Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini lebih banyak mencatat dan menerima data tentang objek, yakni lukisan karya Raffaello Sanzio. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dalam wilayah ilmu kajian seni yakni suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau ungkapan dari seseorang dan studi perilaku senimannya serta objek yang diamati. Seperti yang diungkapkan oleh Bogdan dan Taylor (1975) penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan. Oleh karena itu, keberhasilan penelitian kualitatif sangat bergantung kepada bagaimana pengamat dapat menjabarkan secara sistematis dan komprehensif atas objek yang diteliti.

            Lingkup kajian penelitian ini terdapat pada lingkaran wujud visual karya yang mencakup tanda visual, unsur-unsur visual serta nilai intristik karya lukis Raffaello Sanzio. Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik, yaitu proses analisis dengan menggunakan data yang diperoleh, kemudian dilakukan seleksi untuk mencari sampel yang dianggap memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebagai tujuan dari penelitian ini, sehingga jalannya penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan semula.

3.         HASIL DAN ANALISIS

3.1       Riwayat Hidup Raphael Sanzio

Raphael Sanzio adalah anka dari pasangan Giovanni Santi dan Magia di Battista Ciarla, yang meninggal pada tahun 1491. Ayahnya memperkenalkan kepada humanist court di kota Urbino, yang hingga akhir abad 15, adalah salah satu pusat kebudayaan terakhir di Italia di bawah pemerintahan Federico da Montelfetro, yang meninggal tujuh bulan sebelum kelahiran Raphael. Pada 1504 Raphael pindah ke Siena bersama Pinturicchio, yang telah dibekalinya dengan desain dan gambarnya untuk pembuatan fresko di Libreria Piccolomini, Siena. Kemudian ia kembali ke Florence, kemungkinan untuk mengikuti gonfaloniere Pier Soderini setelah berakhirnya kekuasaan Savonarola, dan saat itu dua master besar dalam seni rupa, Leonardo da Vinci dan Michelangelo, sedang dalam proses kerja. Keberadaan Raphael pada musim gugur 1504 dapat dibuktikan. Di sana ia tinggal selama empat tahun, untuk kemudian berpindah-pindah ke Perugia, Urbino, dan kemungkinan besar ke Roma. Pada 1507 dia ditugaskan oleh bangsawan Perugia untuk mengerjakan Deposition.

Pada akhir 1508 ia mulai mendekorasi tempat tinggal Julius di Istana Vatikan, yang oleh Sri Paus dimaksudkan untuk mengembalikan nuansa kejayaanGereja Romawi melalui penerapan konsep humanisme dan neoplatonisme. Salah satu fresko yang terkenal dari karya ini adalah Stanza della Segnatura, yang diselesaikan 1511, Disputa yang terkenal, dan The School of Athens. Raphael terus menerus mengerjakan karyanya di ruangan tersebut sampai 1513, di bawah kekuasaan Paus Leo X, tetapi selalu membiarkan bagian akhir karyanya tidak terselesaikan untuk dikerjakan pembantunya. Di lain waktu ia mengerjakan hal lain, misalnya dekorasi suci untuk bangunan berbeda, lukisan potret, lukisan altar, dan sebagainya.

Lukisan “School of Athens” (1510) adalah karya besar oleh pelukis Rafael Sanzio yang menggambarkan para filsuf (Plato dan Aristoteles) berdiri di dekat para ilmuwan Romawi dan Yunani kuno (Gambar 1). Bagi kita yang awam, lukisan ini seperti sesuatu lukisan yang terlihat indah dengan ornamen-ornamen unik dan lucu.  Lukisan yang diberi nama “School of Athens” adalah lukisan yang menggambarkan alur pemikiran/filsafat yang hidup dalam zaman ini yang kemudian kita sepakat menyebutnya sekulerisme? Mengertikah kita mengapa Plato menunjuk ke atas dan Aristoteles terlihat merentangkan tangan ke bawah sembari memegang sebuah buku etika?

 

 

Gambar 1.

Gambar 2.

 

Gambar 3.

 

            Pada gambar 2. Gestur kedua filsuf ini merupakan bahasa tubuh mereka untuk mengutarakan filsafat mereka masing-masing. Plato (No. 14) terlihat sedang menunjuk ke atas menyatakan bahwa tidak ada realitas dalam dunia kita ini karena realitas dalam konsep Plato dibentuk dari gagasan-gagasan yang tidak berubah dalam “dunia form”. Dunia form adalah dunia yang lebih tinggi dibandingkan dunia kita. In other word, Plato adalah penganut dualisme, bahwa dunia form lebih baik dibanding dunia materi kita ini. Kemungkinan besar, konsep ini juga yang mempengaruhi Gnostic (bidat abad pertama) dan bahkan sampai mempengaruhi diri seorang Bapa Gereja St. Agustinus. Konsep ini pula yang terus menjadi benih sekaligus media pertumbuhan sekulerisme di zaman kita saat ini (fokus pada sisi vertikal). Inilah konsep awal di mana kita saat ini menganggap membaca buku rohani jauh lebih rohani dibanding buku sains. Terlebih lagi kita menjadi sudah sedemikian negatif terhadap seks. Bukankah ini ada pengaruh Plato dan derivat pemikirannya.

Pada gambar 3, No. 15. Banyak orang sepakat bahwa Aristoteles sedang memegang sebuah buku etika dan tangannya menunjuk ke bawah. Ini menggambarkan bahwa Aristoteles menekankan studi tentang realitas sebagai mana yang kita alami secara empiris (fokus pada dunia horizontal). Kedua pemikiran ini sama-sama bersifat dualisme. Apakah yang membuat sekulerisme berkembang? Menurut Brian J. Walsh dan J. Richard Middleton, penyebabnya adalah sikap kompromi Kristen-Yunani pada abad pertengahan.

3.2                Analisis Pragmatik

                     Pada anlisis pragmatic ini ditemukan beberapa ikon sebagai berikut:

 

Icon

Denotasi

Konotasi

Bangunan

Bangunan megah dengan tema Yunani

Sekolah Athena yang menjadi latar lukisan

Manusia

Akademisi

Pembelajar di sekolah Athena

Buku Aristoteles

Buku etika

Menekankan studi tentang realitas

 

4.                  KESIMPULAN

Sekolah Athena dan Disputa berada di tembok yang lebih besar dan Parnassus dan Kebajikan Kardinal di tembok yang lebih kecil. Dua lukisan dinding terpenting ini adalah Sekolah Athena dan Perselisihan. Perselisihan menunjukkan visi surgawi Tuhan dan para nabi serta rasul-Nya di atas kumpulan perwakilan Gereja Katolik Roma, dulu dan sekarang, dan melalui ikonografinya menyamakan kemenangan gereja dan kemenangan kebenaran. Mazhab Athena adalah alegori kompleks pengetahuan sekuler, atau filsafat, yang menunjukkan Plato dan Aristoteles dikelilingi oleh para filsuf, dulu dan sekarang, dalam latar arsitektur yang indah; ini menggambarkan kesinambungan historis pemikiran Platonis. Di sini Raphael mengisi ruang yang tertata dan stabil dengan figur-figur dalam beragam pose dan gerak tubuh, yang ia kendalikan untuk membuat satu kelompok figur mengarah ke grup berikutnya dalam pola yang terjalin dan saling bertautan, mengarahkan perhatian pada figur sentral Plato. dan Aristoteles pada titik konvergen ruang perspektif. Ruang di mana para filsuf berkumpul ditentukan oleh pilaster dan kubah basilika besar yang konon didasarkan pada desain Bramante untuk Santo Petrus yang baru di Roma. Efek umum dari lukisan dinding ini adalah ketenangan, kejernihan, dan keseimbangan yang agung.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Setyoko, A., & Yudianto, R. H. (2022). Karya Seni Poster Shepard Fairey dalam Kajian Semiotika Van Zoest: Analisis Sintaksis, Simantik dan Pragmatik. Jurnal Sasak: Desain Visual Dan Komunikasi4(1), 1-12.

Pulimood, S. (2024, 18 April). Sekolah AthenaEnsiklopedia Britannica.

Herianto, S, (2016, 5 September). Di Balik “School of Athens”. Wordpress.

Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Buku Baik Yogyakarta, 2004), h. 3.

M. A. K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks dan Teks: aspek-aspek bahasa dalam pandangan semiotik sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), h.3

Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas. Yogyakarta:

Jalasutra

Roland Barthes. 2010. Imaji, Musik, Teks. Yogyakarta: Jalastura

Minggu, 28 April 2024

Seputar Aristoteles (384-322 SM)

Pada blog kali ini saya akan, menyajikan seputar Aristoteles beserta beberapa karyanya. 



Aristoteles dikenal sebagai Bapak Metode Ilmiah Modern. la ahli dalam bidang filsafat dan biologi. la dilahirkan di Stageria, Yunani Utara, pada tahun 384 SM. Ayahnya seorang dokter pribadi Raja Macedonia, Amyntas. Karena hidupnya di lingkungan istana, ia mewarisi keahliannya dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun, ia dikirim ke Athena untuk belajar di Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga Plato meninggal. Beberapa lama, ia menjadi pengajar di Akademia Plato untuk mengajar logika dan retorika.

 

Setelah Plato meninggal dunia, Aristoteles bersama rekannya, Xenokrates, meninggalkan Athena karena ia tidak setuju dengan pen- dapat pengganti Plato di Akademia tentang filsafat. Tiba di Assos, Aristoteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos. Di sini, Aristoteles menikah dengan Pythias. Pada tahun 345 SM, kota Assos diserang oleh tentara Persia, rajanya (rekan Aristoteles) dibunuh, kemudian Aristoteles dengan kawan-kawannya melarikan diri ke Mytiline Pulau Lesbos, tidak jauh dari Assos.

 

Karya-karya Aristoteles berjumlah delapan pokok bahasan, yakni logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika-yang oleh Aristoteles dinamakan sebagai filsafat pertama atau theologia-etika, politik dan ekonomi, serta retorika dan putika.

 

Adapun pokok-pokok pemikiran Aristoteles, di antaranya sebagai berikut:

 

a. Ajaran Aristoteles tentang logika. Logika tidak dipakai oleh Aristoteles. la memakai istilah analitika. Istilah logika pertama kali muncul pada abad ke-1 M oleh Cicero, yang artinya ialah seni berdebat. Kemudian, Alexander Aphrodisias (abad III M) orang pertama yang memakai kata logika, yang artinya ilmu yang menyelidiki lurus atau tidaknya pemikiran kita. Menurut Aristoteles, berpikir harus dilakukan dengan bertitik tolak pada pengertian-pengertian sesuatu benda. Suatu pengertian memuat dua golongan, yaitu substansi (sebagai sifat umum), dan aksidensia (sebagai sifat yang secara tidak kebetulan). Dari dua golongan tersebut, terurai menjadi sepuluh macam kategori, yaitu:

 

1) Substansi (hal-hal yang bersifat nyata dan yang sungguh-sungguh bereksistensi), 215 (manusia, binatang).

2) Kuantitas (satu, dua).

3) Kualitas (merah, baik).

4) Relasi (rangkap, separuh).

5) Tempat (di rumah, di pasar).

6) Waktu (sekarang, besok).

7) Keadaan (duduk, berjalan).

8) Mempunyai (berpakaian, bersuami).

9) Berbuat (membaca, menulis).

10) Menderita (terpotong, tergilas).

 

Sampai sekarang, Aristoteles dianggap sebagai Bapak Logika Tradisional.

b. Ajaran Aristoteles tentang silogisme. Menurut Aristoteles, penge- tahuan manusia hanya dapat dimunculkan dengan dua cara, yaitu induksi dan deduksi. Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak pada hal-hal yang khusus untuk mencapai kesimpulan yang sifatnya umum. Sementara itu, deduksi adalah proses berpikir yang bertolak pada dua kebenaran yang tidak diragukan untuk mencapai kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga. Menurut pendapatnya, deduksi ini merupakan jalan yang baik untuk melahirkan pengetahuan. Berpikir deduksi, yaitu silogisme, yang terdiri atas premis mayor dan premis minor dan kesimpulan. Contoh, manusia adalah makhluk hidup (premis mayor). Dina adalah manusia (premis minor). Dina adalah makhluk hidup (kesimpulan).

 

c. Ajaran Aristoteles tentang pengelompokan ilmu pengetahuan. Aristoteles mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan, yaitu:

1) Ilmu pengetahuan praktis (etika dan politik).

2) Ilmu pengetahuan produktif (teknik dan kesenian).

3) Ilmu pengetahuan teoretis (fisika , matematika, dan metafisika).

 

d. Ajaran Aristoteles tentang aktus dan potensia. Mengenai realitas atau yang ada, Aristoteles tidak sependapat dengan gurunya, Plato, yang mengatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide. Menurut Aristoteles, yang ada itu berada pada hal-hal yang khusus dan konkret. Dengan kata lain, titik tolak ajaran atau pemikiran Aristoteles dikenal sebagai Bapak Metode Ilmiah Modern. la ahli dalam bidang filsafat dan biologi. la dilahirkan di Stageria, Yunani Utara, pada tahun 384 SM. Ayahnya seorang dokter pribadi Raja Macedonia, Amyntas. Karena hidupnya di lingkungan istana, ia mewarisi keahliannya dalam pengetahuan empiris dari ayahnya. Pada usia 17 tahun, ia dikirim ke Athena untuk belajar di Akademia Plato selama kira-kira 20 tahun hingga Plato meninggal. Beberapa lama, ia menjadi pengajar di Akademia Plato untuk mengajar logika dan retorika.

Setelah Plato meninggal dunia, Aristoteles bersama rekannya, Xenokrates, meninggalkan Athena karena ia tidak setuju dengan pen- dapat pengganti Plato di Akademia tentang filsafat. Tiba di Assos, Aristoteles dan rekannya mengajar di sekolah Assos. Di sini, Aristoteles menikah dengan Pythias. Pada tahun 345 SM, kota Assos diserang oleh tentara Persia, rajanya (rekan Aristoteles) dibunuh, kemudian Aristoteles dengan kawan-kawannya melarikan diri ke Mytiline Pulau Lesbos, tidak jauh dari Assos.

Karya-karya Aristoteles berjumlah delapan pokok bahasan, yakni logika, filsafat alam, psikologi, biologi, metafisika-yang oleh Aristoteles dinamakan sebagai filsafat pertama atau theologia-etika, politik dan ekonomi, serta retorika dan putika.

Adapun pokok-pokok pemikiran Aristoteles, di antaranya sebagai berikut:

a. Ajaran Aristoteles tentang logika. Logika tidak dipakai oleh Aristoteles. la memakai istilah analitika. Istilah logika pertama kali muncul pada abad ke-1 M oleh Cicero, yang artinya ialah seni berdebat. Kemudian, Alexander Aphrodisias (abad III M) orang pertama yang memakai kata logika, yang artinya ilmu yang menyelidiki lurus atau tidaknya pemikiran kita. Menurut Aristoteles, berpikir harus dilakukan dengan bertitik tolak pada pengertian-pengertian sesuatu benda. Suatu pengertian memuat dua golongan, yaitu substansi (sebagai sifat umum), dan aksidensia (sebagai sifat yang secara tidak kebetulan). Dari dua golongan tersebut, terurai menjadi sepuluh macam kategori, yaitu:

1) Substansi (hal-hal yang bersifat nyata dan yang sungguh-sungguh bereksistensi), 215 (manusia, binatang).

2) Kuantitas (satu, dua).

3) Kualitas (merah, baik).

4) Relasi (rangkap, separuh).

5) Tempat (di rumah, di pasar).

6) Waktu (sekarang, besok).

7) Keadaan (duduk, berjalan).

8) Mempunyai (berpakaian, bersuami).

9) Berbuat (membaca, menulis).

10) Menderita (terpotong, tergilas).

Sampai sekarang, Aristoteles dianggap sebagai Bapak Logika Tradisional.

b. Ajaran Aristoteles tentang silogisme. Menurut Aristoteles, penge- tahuan manusia hanya dapat dimunculkan dengan dua cara, yaitu induksi dan deduksi. Induksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak pada hal-hal yang khusus untuk mencapai kesimpulan yang sifatnya umum. Sementara itu, deduksi adalah proses berpikir yang bertolak pada dua kebenaran yang tidak diragukan untuk mencapai kesimpulan sebagai kebenaran yang ketiga. Menurut pendapatnya, deduksi ini merupakan jalan yang baik untuk melahirkan pengetahuan. Berpikir deduksi, yaitu silogisme, yang terdiri atas premis mayor dan premis minor dan kesimpulan. Contoh, manusia adalah makhluk hidup (premis mayor). Dina adalah manusia (premis minor). Dina adalah makhluk hidup (kesimpulan).

c. Ajaran Aristoteles tentang pengelompokan ilmu pengetahuan. Aristoteles mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi tiga golongan, yaitu:

1) Ilmu pengetahuan praktis (etika dan politik).

2) Ilmu pengetahuan produktif (teknik dan kesenian).

3) Ilmu pengetahuan teoretis (fisika , matematika, dan metafisika).

d. Ajaran Aristoteles tentang aktus dan potensia. Mengenai realitas atau yang ada, Aristoteles tidak sependapat dengan gurunya, Plato, yang mengatakan bahwa realitas itu ada pada dunia ide. Menurut Aristoteles, yang ada itu berada pada hal-hal yang khusus dan konkret. Dengan kata lain, titik tolak ajaran atau pemikiran filsafatnya adalah ajaran Plato tentang ide. Realitas yang sungguh- sungguh ada bukanlah yang umum dan yang tetap seperti yang dikemukakan Plato, tetapi realitas terdapat pada yang khusus dan yang individual. Keberadaan manusia bukan di dunia ide, tetapi manusia berada yang satu per satu. Dengan demikian, realitas itu terdapat pada yang konkret, yang bermacam-macam, yang berubah-ubah. Itulah realitas yang sesungguhnya.

e. Ajaran Aristoteles tentang pengetahuan. Menurut Aristoteles, terdapat dua macam pengenalan, yaitu pengenalan indrawi dan pengenalan rasional. Dengan pengenalan indrawi, kita dapat memperoleh pengetahuan tentang bentukbenda (bukanmaterinya) dan hanya mengenal hal-hal yang konkret. Sementara itu, dengan pengenalan rasional, kita bisa memperoleh pengetahuan tentang hakikat dari suatu benda. Dengan pengenalan rasional ini, kita dapat menuju satu-satunya ilmu pengetahuan. Cara untuk menuju ilmu pengetahuan adalah dengan teknik abstraksi. Abstraksi artinya melepaskan sifat-sifat atau keadaan yang secara kebetulan, sehingga tersisa sifat atau keadaan yang secara kebetulan, yaitu intisari atau hakikat suatu benda.

f. Ajaran Aristoteles tentang etika. Aristoteles mempunyai perhatian yang khusus terhadap masalah etika. Karena etika bukan di- peruntukkan sebagai cita-cita, tetapi dipakai sebagai hukum kesusilaan. Menurut pendapatnya, tujuan tertinggi hidup manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagiaan adalah suatu keadaan segala sesuatu yang termasuk dalam keadaan bahagia telah berada dalam diri manusia. Jadi, bukan sebagai kebahagiaan subjektif. Kebahagiaan harus sebagai aktivitas yang nyata, dan dengan perbuatannya itu, dirinya semakin disempurnakan. Kebahagiaan manusia yang tertinggi adalah berpikir murni.

g. Ajaran Aristoteles tentang agama. Menurut Aristoteles, negara akan damai apabila rakyatnya juga damai. Negara yang paling baik adalah negara dengan sistem demokrasi moderat, artinya sistem demokrasi yang berdasarkan pada Undang-Undang Dasar.

Beberapa karya tulis terkenal Aristoteles yaitu:

Politica

Politica adalah karya tulis Aristoteles yang membahas tentang negara hukum. Perumusan negara dalam pemikiran Aristoteles tidak berkaitan dengan manusia sebagai pemerintah. Suatu negara diperintah oleh hukum yang mengatur standar keadilan dan kesusilaan. Hukum berperan membentuk pribadi manusia yang bersifat baik dengan norma susila dan rasa keadilan yang tinggi. Negara hukum dapat terbentuk melalui warga negara yang mendasari kehidupannya dengan keadilan sebagai pemerintahnya. Hukum berperan untuk menentukan kewenangan atas hak yang diterima oleh warga negara.

Etika Nikomakea

Dalam bukunya yang berjudul Etika Nikomakea, Aristoteles menjelaskan bahwa manusia memiliki dua jenis kebijaksanaan. Keberadaan keduanya menjadi bagian utama dari kehidupan manusia. Masing-masing adalah kebijaksanaan teoretis dan kebijaksanaan praktis. Kebijaksanaan teoretis digunakan oleh manusia untuk memahami alam semesta. Manusia memperoleh pemahaman mengenai alam semesta dan segala sesuatu yang ada melalui pengamatan dengan kebijaksanaan teoretis. Sementara itu, kebijakan praktis berkaitan dengan moral dan etika. Segala sesuatu yang ada di dunia dinilai berdasarkan kebaikan dan keburukan yang dimiliki serta menjadi dasar keberadaannya. Aristoteles meyakini bahwa manusia yang memiliki dua jenis kebijaksanaan ini akan menjadi manusia yang bijaksana.

Organon

Aristoteles menganggap logika sebagai ilmu yang digunakan untuk melakukan penyimpulan atas sesuatu secara tepat. Logika dijadikannya sebagai dasar bagi segala jenis pengetahuan. Pemikirannya mengenai logika ia sampaikan dalam kumpulan tulisan yang diberi nama To Organon (atau cukup disebut Organon). Nama ini berarti metode untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Dalam tulisan-tulisannya ini, Aristoteles mengutamakan persoalan mengenai silogisme. Organon terbagi menjadi enam bab yang masing-masing membahas satu konsep tertentu. Secara berurut, konsep yang dibahas ialah kategori, proposisi, silogisme, pembuktian, seni berdebat dan sesat pikir. Organon merupakan karya yang menjadikan logika sebagai ilmu. Pola pengembangan ilmu yang dihasilkannya dimulai dari pembentukan gagasan, lalu pengambilan keputusan, dan diakhiri dengan proses pemikiran.

Mungkin hanya itu yang dapat saya sajikan untuk Kalian kritisi tentang Aristoteles. Mungkin banyak kekurangan yang terdapat di dalam blog ini. 

Senin, 04 Maret 2024

 Menemukan diri dalam Kajian Seni rupa dan desain

Sedikit kata yang ingin disampaikan.

Lagi dan lagi, ekspektasiku terlalu tinggi, realita membantingku ke dasar bumi, sadar seketika; menyakitkan. Tak akan ada yang mengerti, semua harus diberi isyarat, sangat melelahkan;kali ini, aku diam. Bohong jika tak ada air mata. Namun, apa yang aku harapkan? Tidak ada harapan sama sekali;yang paling mengerti adalah diriku sendiri. Cukup aku;menyayangi diriku dengan hebat. Sampai kapanpun;tidak akan ada orang lain yang mampu menyayangiku. Rata-rata, semua pandai menyakitiku. Dengan sadar atau tidak, semua menciptakan luka hebat.

Sebelum memperkenalkan diri, welcom to my first blog. Izinkan saya memperkenalkan diri, Namaku Muhammad Bagaskara Al Syawaluddin Saputra biasa dipanggil Bagas, Baskara. Seorang remaja berusia 24 tahun yang berkelahiran di Balikpapan, Kalimantan Timur dan sedang menjalani pendidikan disalah satu Universitas Indraprasta PGRI (UNINDRA). Awal masuk Unindra tahun 2020, yaa saat itu saya sedang menempuh semester 1 dijurusan Teknik Informatika karena ada ketidak cocokan di Informatika saya pindah jurusan pada tahun 2022 yang dimana pada saat itu saya sedang naik kesemester 5. Akhirnya dengan banyak cobaan saya pindah dengan jurusan DKV (Desain Komunikasi Visual).

Sedari masih di bangku sekolah SD saya suka sekali menggambar,banyak hal yang saya suka tentang seni. Pelajaran yang paling ditunggu sewaktu sekolah itu pelajaran menggambar karena saya selalu mendapatkan nilai bagus dipelajaran itu. Sewaktu di SMP dan ternyata ketika saya dibangku SMA ada lomba melukis dan ternyata guru saya memasukan nama saya agar ikut serta, setalah mengikuti lomba tersebut saya senang mendalami hal melukis dan makin kesini gambar serta lukisan saya hanya bisa dinikmati oleh saya sendiri. Dari situ saya tidak dapat dukungan dari keluarga untuk mengikuti program atau kelas melukis, alhasil keluarga meminta saya untuk berkuliah dengan jurusan Teknik Informatika. saya menjalani diinformatika sampai naik semester 5, karena disitu penerimaan mahasiswa baru akhirnya saya mencoba untuk pindah jurusan ke DKV. Jurusan yang saya inginkan sejak kelas 12 SMA. selain suka membuat tulisan, puisi, cerpen, melukis dan menggambar saya juga suka memotret moment yang tidak dapat saya ulang dikemudian hari. 

Ketika saya berada dijurusan DKV banyak hal yang saya pelajari disana, banyak hal baru juga yang saya dapatkan begitupun teman. Ternyata setelah saya masuk DKV akan terlihat seru dan mudah, tapi nyatanya tidak seperti yang dibayangkan. Saya harus beradaptasi dengan hal baru yang belum pernah saya lakukan, seperti membuat desain logo, animasi dan nirmana. Saya punya keinginan untuk lulus tepat waktu dan saya juga ingin menguasai banyak bidang yang tidak pernah saya pelajari.

Harapan saya setelah lulus DKV saya ingin menjadi seorang konten kreator, menjadi pelukis yang terkenal meskipun selalu menutupi jati diri dan mungkin masih banyak hal yang saya harapkan ketika saya lulus nanti.

Semoga Blog ini dapat memberi inspirasi dan pemahaman bagi para pembaca. Dalam setiap jalan dan keputusan yang diambil kita harus tetap semangat dan berusaha agar apa yang ingin kita capai tercapai. Jangan pernah ragu untuk mengambil keputusan, jangan ragu untung mencapai impian hadapi semuanya dengan tenang dan anggap saja semua masalah yang datang itu sebagai permainan yang harus diselesaikan. Terima kasih sudah menyempatkan untuk membaca blog ini. Sampai jumpa dikesempatan yang akan datang.

ANALISIS PRAGMATIK DAN SEMIOTIKA DALAM KARYA SENI LUKIS SCHOOL OF ATHENS KARYA RAFFAELLO SANZIO     1.         PENDAHULUAN Karya Seni Lukis ...