Minggu, 26 Mei 2024

ANALISIS PRAGMATIK DAN SEMIOTIKA DALAM KARYA SENI LUKIS SCHOOL OF ATHENS KARYA RAFFAELLO SANZIO

 

 

1.         PENDAHULUAN

Karya Seni Lukis adalah artefak yang dihasilkan dari perilaku dan tindakan manusia yang didorong oleh motivasi dalam pemikiran dan perasaannya. Oleh karena itu, karya seni lukis tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari suatu sistem yang kompleks sehingga makna yang terkandung di dalamnya juga bersifat sistemik. Artinya, makna karya seni lukis ditentukan oleh system karya itu sendiri, serta manusia yang menciptakannya atau yang menghubungkan unsur-unsur fisik dari lingkungan dengan makna tertentu. 

Objek kajian seni lukis mencakup segala sesuatu yang merupakan hasil dari aktivitas batin yang diwujudkan dalam bentuk karya atau sesuatu yang dapat membangkitkan perasaan orang lain. Karena berhubungan erat dengan aktivitas batin dan budaya setempat, karya seni lukis yang sangat beragam jenisnya sulit untuk dinilai dengan kriteria yang disepakati secara umum, terutama mengenai maknanya. Namun, seni lukis juga hadir sebagai suatu disiplin yang hasilnya dapat dinikmati. Karya seni lukis, dengan tanda dan simbol yang diusungnya, dapat diapresiasi karena kemampuannya untuk dihayati dari berbagai segi dan sudut pandang. Hal ini telah menjadi objek kajian teoretis dan dianalisis secara sistematis oleh semiotik, yang berfokus pada tanda sebagai konsep utamanya. 

Secara umum semiotika yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of sign), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu suatu sistem apapun yang memungkinkan kita untuk memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sesuatu yang bermakna dalam tanda. Istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion, yang berarti tanda. Maka, semiotika berarti studi tentang tanda (sign) dan bagaimana tanda itu bekerja. Istilah ini telah digunakan oleh pakar filsafat stoik dalam ilmu bahasa yunani kuno. Orang-orang stoik merupakan orang pertama yang mengembangkan teori tentang tanda ini dalam abad ketiga dan kedua sebelum masehi.

Dalam perkembangannya, teori semiotik banyak dikembangkan oleh beberapa para ahli, salah satunya yaitu Roland Barthes yang membagi kajian semiotik menjadi 2, yaitu denotasi (makna sebenarnya) dan konotasi makna tidak sebenarnya). Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti. Hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Selanjutnya terdapat tiga cabang penelitian (branches of inquiry) dalam semiotika menurut Van Zoest, studi semiotika dibagi menjadi 3 salah satunya yaitu pragmatik semiotik. Charles William Morris (Budiman, 2011:183) mengemukakan bahwa sebagai kajian semiotik, pragmatik mengacu pada aspek-aspek komunikasi yang berupa fungsi-fungsi situasional yang melatari tuturan, khususnya yang menyangkut hubungan antara pembicara dan pendengar.

Penelitian ini penulis menggunakan teori semiotik Roland Barthes sebagai alat bedahnya, hal ini agar kajian yang didapat lebih dalam dan luas. Pendekatan ini diharapkan dapat mengurai unsur-unsur makna visual yang terdapat dalam Karya Seni Lukis School OF Athens Karya Raffaello Sanzio serta menjabarkan tanda, pesan, dan makna yang  terkandung di dalamnya. Penulis akan memilih beberapa karya dari Raffaello Sanzio sebagai objek kajian. Pendekatan yang dilakukan akan menjalin rangkaian  deskriptif dengan rujukan konsep semiotika Van Zoest, yaitu analisis Pragmatik.

2.         METODE

            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yakni menguraikan secara mendalam mengenai objek kajian berdasarkan data yang diperoleh dengan didukung teori yang digunakan untuk mengkaji objek kajian, yaitu teori semiotika visual dari Van Zoest. Pengumpulan data pada penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data-data yang relevan dengan topik penelitian ini, sehingga memiliki keakuratan dan reliabilitas yang baik.

            Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini lebih banyak mencatat dan menerima data tentang objek, yakni lukisan karya Raffaello Sanzio. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dalam wilayah ilmu kajian seni yakni suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau ungkapan dari seseorang dan studi perilaku senimannya serta objek yang diamati. Seperti yang diungkapkan oleh Bogdan dan Taylor (1975) penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tulisan atau lisan. Oleh karena itu, keberhasilan penelitian kualitatif sangat bergantung kepada bagaimana pengamat dapat menjabarkan secara sistematis dan komprehensif atas objek yang diteliti.

            Lingkup kajian penelitian ini terdapat pada lingkaran wujud visual karya yang mencakup tanda visual, unsur-unsur visual serta nilai intristik karya lukis Raffaello Sanzio. Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik, yaitu proses analisis dengan menggunakan data yang diperoleh, kemudian dilakukan seleksi untuk mencari sampel yang dianggap memenuhi kriteria yang telah ditetapkan sebagai tujuan dari penelitian ini, sehingga jalannya penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan semula.

3.         HASIL DAN ANALISIS

3.1       Riwayat Hidup Raphael Sanzio

Raphael Sanzio adalah anka dari pasangan Giovanni Santi dan Magia di Battista Ciarla, yang meninggal pada tahun 1491. Ayahnya memperkenalkan kepada humanist court di kota Urbino, yang hingga akhir abad 15, adalah salah satu pusat kebudayaan terakhir di Italia di bawah pemerintahan Federico da Montelfetro, yang meninggal tujuh bulan sebelum kelahiran Raphael. Pada 1504 Raphael pindah ke Siena bersama Pinturicchio, yang telah dibekalinya dengan desain dan gambarnya untuk pembuatan fresko di Libreria Piccolomini, Siena. Kemudian ia kembali ke Florence, kemungkinan untuk mengikuti gonfaloniere Pier Soderini setelah berakhirnya kekuasaan Savonarola, dan saat itu dua master besar dalam seni rupa, Leonardo da Vinci dan Michelangelo, sedang dalam proses kerja. Keberadaan Raphael pada musim gugur 1504 dapat dibuktikan. Di sana ia tinggal selama empat tahun, untuk kemudian berpindah-pindah ke Perugia, Urbino, dan kemungkinan besar ke Roma. Pada 1507 dia ditugaskan oleh bangsawan Perugia untuk mengerjakan Deposition.

Pada akhir 1508 ia mulai mendekorasi tempat tinggal Julius di Istana Vatikan, yang oleh Sri Paus dimaksudkan untuk mengembalikan nuansa kejayaanGereja Romawi melalui penerapan konsep humanisme dan neoplatonisme. Salah satu fresko yang terkenal dari karya ini adalah Stanza della Segnatura, yang diselesaikan 1511, Disputa yang terkenal, dan The School of Athens. Raphael terus menerus mengerjakan karyanya di ruangan tersebut sampai 1513, di bawah kekuasaan Paus Leo X, tetapi selalu membiarkan bagian akhir karyanya tidak terselesaikan untuk dikerjakan pembantunya. Di lain waktu ia mengerjakan hal lain, misalnya dekorasi suci untuk bangunan berbeda, lukisan potret, lukisan altar, dan sebagainya.

Lukisan “School of Athens” (1510) adalah karya besar oleh pelukis Rafael Sanzio yang menggambarkan para filsuf (Plato dan Aristoteles) berdiri di dekat para ilmuwan Romawi dan Yunani kuno (Gambar 1). Bagi kita yang awam, lukisan ini seperti sesuatu lukisan yang terlihat indah dengan ornamen-ornamen unik dan lucu.  Lukisan yang diberi nama “School of Athens” adalah lukisan yang menggambarkan alur pemikiran/filsafat yang hidup dalam zaman ini yang kemudian kita sepakat menyebutnya sekulerisme? Mengertikah kita mengapa Plato menunjuk ke atas dan Aristoteles terlihat merentangkan tangan ke bawah sembari memegang sebuah buku etika?

 

 

Gambar 1.

Gambar 2.

 

Gambar 3.

 

            Pada gambar 2. Gestur kedua filsuf ini merupakan bahasa tubuh mereka untuk mengutarakan filsafat mereka masing-masing. Plato (No. 14) terlihat sedang menunjuk ke atas menyatakan bahwa tidak ada realitas dalam dunia kita ini karena realitas dalam konsep Plato dibentuk dari gagasan-gagasan yang tidak berubah dalam “dunia form”. Dunia form adalah dunia yang lebih tinggi dibandingkan dunia kita. In other word, Plato adalah penganut dualisme, bahwa dunia form lebih baik dibanding dunia materi kita ini. Kemungkinan besar, konsep ini juga yang mempengaruhi Gnostic (bidat abad pertama) dan bahkan sampai mempengaruhi diri seorang Bapa Gereja St. Agustinus. Konsep ini pula yang terus menjadi benih sekaligus media pertumbuhan sekulerisme di zaman kita saat ini (fokus pada sisi vertikal). Inilah konsep awal di mana kita saat ini menganggap membaca buku rohani jauh lebih rohani dibanding buku sains. Terlebih lagi kita menjadi sudah sedemikian negatif terhadap seks. Bukankah ini ada pengaruh Plato dan derivat pemikirannya.

Pada gambar 3, No. 15. Banyak orang sepakat bahwa Aristoteles sedang memegang sebuah buku etika dan tangannya menunjuk ke bawah. Ini menggambarkan bahwa Aristoteles menekankan studi tentang realitas sebagai mana yang kita alami secara empiris (fokus pada dunia horizontal). Kedua pemikiran ini sama-sama bersifat dualisme. Apakah yang membuat sekulerisme berkembang? Menurut Brian J. Walsh dan J. Richard Middleton, penyebabnya adalah sikap kompromi Kristen-Yunani pada abad pertengahan.

3.2                Analisis Pragmatik

                     Pada anlisis pragmatic ini ditemukan beberapa ikon sebagai berikut:

 

Icon

Denotasi

Konotasi

Bangunan

Bangunan megah dengan tema Yunani

Sekolah Athena yang menjadi latar lukisan

Manusia

Akademisi

Pembelajar di sekolah Athena

Buku Aristoteles

Buku etika

Menekankan studi tentang realitas

 

4.                  KESIMPULAN

Sekolah Athena dan Disputa berada di tembok yang lebih besar dan Parnassus dan Kebajikan Kardinal di tembok yang lebih kecil. Dua lukisan dinding terpenting ini adalah Sekolah Athena dan Perselisihan. Perselisihan menunjukkan visi surgawi Tuhan dan para nabi serta rasul-Nya di atas kumpulan perwakilan Gereja Katolik Roma, dulu dan sekarang, dan melalui ikonografinya menyamakan kemenangan gereja dan kemenangan kebenaran. Mazhab Athena adalah alegori kompleks pengetahuan sekuler, atau filsafat, yang menunjukkan Plato dan Aristoteles dikelilingi oleh para filsuf, dulu dan sekarang, dalam latar arsitektur yang indah; ini menggambarkan kesinambungan historis pemikiran Platonis. Di sini Raphael mengisi ruang yang tertata dan stabil dengan figur-figur dalam beragam pose dan gerak tubuh, yang ia kendalikan untuk membuat satu kelompok figur mengarah ke grup berikutnya dalam pola yang terjalin dan saling bertautan, mengarahkan perhatian pada figur sentral Plato. dan Aristoteles pada titik konvergen ruang perspektif. Ruang di mana para filsuf berkumpul ditentukan oleh pilaster dan kubah basilika besar yang konon didasarkan pada desain Bramante untuk Santo Petrus yang baru di Roma. Efek umum dari lukisan dinding ini adalah ketenangan, kejernihan, dan keseimbangan yang agung.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Setyoko, A., & Yudianto, R. H. (2022). Karya Seni Poster Shepard Fairey dalam Kajian Semiotika Van Zoest: Analisis Sintaksis, Simantik dan Pragmatik. Jurnal Sasak: Desain Visual Dan Komunikasi4(1), 1-12.

Pulimood, S. (2024, 18 April). Sekolah AthenaEnsiklopedia Britannica.

Herianto, S, (2016, 5 September). Di Balik “School of Athens”. Wordpress.

Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Buku Baik Yogyakarta, 2004), h. 3.

M. A. K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks dan Teks: aspek-aspek bahasa dalam pandangan semiotik sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992), h.3

Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual: Konsep, Isu, dan Problem Ikonisitas. Yogyakarta:

Jalasutra

Roland Barthes. 2010. Imaji, Musik, Teks. Yogyakarta: Jalastura

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANALISIS PRAGMATIK DAN SEMIOTIKA DALAM KARYA SENI LUKIS SCHOOL OF ATHENS KARYA RAFFAELLO SANZIO     1.         PENDAHULUAN Karya Seni Lukis ...